Laporan Observasi KKL 1
(Sosial)
PENGAMATAN LAPANGAN DI DESA
LAYEUN, PANTE CERMIN, DAN SANGOE
diajukan sebagai persyaratan tugas akhir semester
Disusun Oleh :
Fahmi Rija Arhas
1306101040079
Fahmi Rija Arhas
1306101040079
Dosen Pembimbing :
Mukhtar, S. Pd, M. Pd
197110252006041002
PROGRAM
STUDI GEOGRAFI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
DARUSSALAM,
BANDA ACEH
2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah Swt, dengan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan KKL
I (Sosial) yang diadakan di 3 desa yaitu:
1.
Desa Layeun,
Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar.
2.
Desa Pante
Cermin, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya.
3.
Desa Sangoe,
Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya.
Shalawat
serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai
pembawa risalah Allah terakhir dan penyempurna seluruh risalah-Nya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1.
Bapak Mukhtar,
S.Pd,, M.Pd. Selaku Dosen KKL 1 (Sosial).
2.
Bapak Drs.
Syamsul Bardi, M. Si. Selaku Dosen KKL 1 (Sosial)
3. Ibu
Nurlaili, S. Pd, M. Pd. Selaku Dosen KKL 1 (Sosial)
4.
Drs. Zulfahmi
selaku dosen pembimbing waktu observasi KKL 1 (Sosial)
5.
Orang tua yang
telah membantu baik moril maupun materi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
laporan ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun
tulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
laporan ini.
Banda
Aceh, 05 Mei 2015
Penulis
Fahmi Rija Arhas
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kuliah kerja lapangan merupakan salah
satu mata kuliah yang harus di selesaikan dalam mengikuti perkuliahan serta
merupakan syarat yang harus di ambil guna melanjutkan mata kuliah tyang lain.
Selama masa perkuliahan berlangsung kami di haruskan untuk mengikuti KKL sosial.
Kuliah kerja lapangan di maksudkan
dengan tujuan agar kita sebagai mahasiswa geografi lebih dekat dan mengerti
tentang alam dan segala sesuatu yang telah di pelajari di ruang belajar dapat
di aplikasikan dalam dunia nyata dengan cara melihat sendiri apa sebenarnya
terjadi di lapangan.
Kami mengunjungi wilayah yang telah di
tetapkan kemudian kami mengamati segala sesuatu yang ada di kawasan tersebut
baik itu secara fisik maupun social yang ada di sekitarnya. Kami lebih menitik
beratkan pada kegiatan sosial masyarakat di wilayah baik itu berupa interaksi,
kegiatan ekonomi, pola pemukiman, maupun akses sarana dan prasarana yang telah
di miliki oleh kawasan itu.
Oleh karena itu kami melakukan
perjalanan ke beberapa titik lokasi guna memperjelas dan menyelesaikan tugas
kuliah kami, yaitu kuliah kerja lapangan (sosial) agar semua yang di
pertanyakan bisa terjawab.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan permasalahan yang akan
dibahas dalam laporan ini mencakup berbagai aspek sosial, yaitu :
1.
Bagaimana Sumber
Daya Alam (potensi) yang terdapat di suatu wilayah atau desa ?
2.
Bagaimana
keadaan penduduk wilayah tersebut baik keadaan ekonomi, sosial, maupun
kebudayaannya?
3.
Apa saja kendala
yang dihadapi untuk mengembangkan wilayah tersebut menjadi wilayah yang
produktif?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
observasi ini adalah :
a)
Mahasiswa
mengetahui bagaimana keadaan sosial di sutatu wilayah dan mampu menganalisa
berbagai hal, baik potensi serta permasalahan yang ada di wilayah tersebut.
b)
Meningkatkan
pengetahuan mahasiswa tentang berbagai teori yang telah dipelajari selama
perkuliahan.
c)
Mahasiswa mampu
mengaplikasikan berbagai pengetahuan yang diperoleh.
1.4
Metodelogi
Penelitian
Adapun
untuk mencapai tujuan dari penelitian yang dilakukan, maka metode yang
dilakukan/ digunakan adalah metode secara langung (observasi), artinya
mahasiswa secara langsung dapat mengamati objek-objek yang telah dipelajari dan
juga pengarahan dari dosen di lapangan. Pada metodelogi ini juga didukung oleh
literature buku yang menguatkan fakta dilapangan.
1.5
Waktu
dan Tempat Observasi
Kegiatan observasi KKL 1
(Sosial) ini dilaksanakan pada :
Hari/
Tanggal : Minggu, 19 April 2015
Pukul : 09.00 s/d selesai
Tempat : 3 lokasi observasi
1. Lokasi
I Desa Layeun Kecamatan Leupung
Kabupaten Aceh Besar
2. Lokasi II Desa Pante Cermin Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya
3. Lokasi
III Desa Sangoe Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1
Pengertian
Geografi
Istilah Geografi berasal dari bahasa
Yunani geo yang artinya bumi dan graphien yang artinya
pencitraan. Geografi adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan segala sesuatu
yang ada di permukaan bumi. Beberapa definisi Geografi yang dikemukakan para
ahli geografi, antara lain sebagai berikut.
1.
Bintarto (1977)
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang
mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam, dan
penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha
mencari fungsi dari unsurunsur bumi dalam ruang dan waktu. Di sini dijelaskan
bahwa geografi tidak hanya mempelajari alam (bumi) beserta gejala-gejalanya,
tetapi geografi juga mempelajari manusia beserta semua kebudayaan yang
dihasilkannya.
2.
Alexander (1958)
Geografi adalah studi tentang pengaruh lingkungan
alam pada aktivitas manusia. Dalam pandangan Alexander inilah mulai dibahas
tentang hubungan timbal balik antara aktivitas manusia serta pengaruhnya
terhadap lingkungan alam. Contoh, penebangan hutan yang tidak terkendali oleh
manusia
mengakibatkan terjadinya kerusakan lahan
dan penggundulan hutan, yang dapat menyebabkan terjadinya bencana banjir dan
tanah longsor.
3.
Von Ricthoffen
(1905)
Geografi adalah studi tentang gejala dan
sifat-sifat permukaan bumi serta penduduknya yang disusun berdasarkan letaknya,
dan mencoba menjelaskan hubungan timbal balik antara gejala-gejala dan sifat
tersebut.
Dari definisi-definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa pada intinya ilmu geografi terpusat pada gejala geosfer dalam
kaitan hubungan persebaran dan interaksi keruangan.
2.2
Konsep
Dasar Geografi
Ada beberapa konsep geografi yaitu :
1.
Konsep Lokasi
Lokasi adalah letak atau tempat dimana
fenomena geografi terjadi. Konsep lokasi dibagi menjadi dua yaitu lokasi
absolut dan lokasi relatif.
a)
Lokasi Absolut
Lokasi absolut adalah letak atau tempat
yang dilihat dari garis lintang dan garis garis bujur (garis astronomis).
Lokasi absolut keadaannya tetap dan tidak dapat berpindah letaknya karena
berpedoman pada garis astronomis bumi. Pebedaan garis astronomis menyebabkan
perbedaan iklim (garis lintang) dan perbedaan waktu (garis bujur).
Contoh Lokasi Absolut yaitu Indonesia
terletak di antara 6 derajat LU - 11 derajat LS sampai 95 derajat BT - 141
derajat BT. Dari letak absolut (garis astronomis) tersebut dapat dijelaskan
bahwa lokasi paling Utara negara Indonesia terletak di 6 derajat LU (Pulau
Miangas, Sulawesi Utara), lokasi paling selatan terletak di 11 derajat LS
(Pulau Rote, NTT), dst.
b)
Lokasi Relatif
Lokasi relatif adalah letak atau tempat
yang dilihat dari daerah lain di sekitarnya. Lokasi relatif dapat
berganti-ganti sesuai dengan objek yang ada di sekitarnya.
Contoh Lokasi Relatif yaitu Indonesia
terletak di antara 2 benua dan 2 samudera. Lokasi Indonesia menurut lokasi
relatifnya yaitu terletak di antara 2 benua yaitu Asia dan Australia, serta
terletak di antara 2 samudera yaitu Hindia dan Pasifik. Letak relatif ini dapat
berubah-ubah sesuai dengan sudut pandang penggunanya karena lokasi relatif
digambarkan melalu objek-objek yang dinamai oleh manusia contohnya nama benua,
samudera, pulau, laut, dsb.
2.
Konsep Jarak
Jarak adalah ruang atau sela yang
menghubungkan antara dua lokasi atau dua objek dan dihitung melalui hitungan
panjang maupun waktu. Konsep Jarak memiliki peranan penting dalam kehidupan
sosial, ekonomi, dan politik. Konsep jarak dibagi menjadi dua, yaitu jarak
mutlak dan jarak relatif.
a)
Jarak Mutlak
Jarak mutlak adalah ruang atau sela
antara dua lokasi yang digambarkan atau dijelaskan melalui ukurang panjang
dalam satuan ukuran meter, kilometer, dsb. Jarak mutlak merupakan jarak yang
tetap dan tidak dapat berubah-ubah.
Contoh jarak mutlak yaitu Jarak antara
Jakarta ke Bandung adalah 150 km. jarak tersebut diukur memanjang dari titik A
(Jakarta) dan titik B (Bandung) dan dihitung dengan satuan ukuran kilometer.
b)
Jarak Relatif
Jarak relatif adalah ruang atau sela
antara dua lokasi yang dinyatakan dalam lamanya perjalanan atau waktu.
Contoh jarak relatif yaitu jarak antara
Jakarta ke Bandung dapat ditempuh dalam waktu 2 jam melewati Tol Purbaleunyi.
Tentu jarak relatiif tersenut akan berbeda apabila keadaan jalan tol sedang
macet atau perjalanan ke Bandung tidak melewati jalan tol.
3. Konsep
Morfologi
Morfologi
adalah konsep yang menjelaskan mengenai struktur luar dari batu-batuan yang
menyusun bentuk morfologi permukaan bumi (pantai, dataran rendah, dataran
tinggi, pegunungan, lembah, dsb).
Contoh
konsep morfologi yaitu:
·
Jakarta merupakan dataran rendah,
Bandung dataran tinggi.
·
Perjalanan Jakarta ke Bandung melewati
daerah yang
bergelombang (perbukitan).
bergelombang (perbukitan).
·
Daerah selatan D.I. Yogyakarta merupakan
daerah perbukitan kapur (karst).
4. Konsep
Keterjangkauan
Keterjangkauan
adalah jarak yang mampu dicapai dengan maksimum dari satu wilayah ke wilayah
lain. Keterjangkauan tidak hanya tergantung pada jarak tetapi juga tergantung
pada sarana dan prasarana penunjang.
Contoh
konsep keterjangkauan yaitu:
·
Harga lahan di persimpangan lebih mahal
dari pada lahan di dalam gang
·
Bantuan bencana sulit mencapai lokasi
karena medan yang berat
·
Kepulauan Seribu hanya dapat dijtempuh
dengan kapal dari pelabuhan Muara Angke.
5. Konsep
Pola
Pola
adalah bentuk, struktur, dan persebaran fenomena atau kejadian di permukaan
bumi baik gejala alam maupun gejala sosial.
Contoh
konsep pola yaitu:
·
Pemukiman memanjang di sepanjang jalan
raya pantura Jawa
·
Pemukiman di kota besar seperti Jakarta
dibangun berhimpitan
·
Aliran air sungai yang berbentuk sudut
siku-siku adalah aliran sungai rectangular.
6. Konsep
Aglomerasi
Aglomerasi
adalah adanya suatu fenomena yang mengelompok menjadi satu bentuk atau
struktur.
Contoh
konsep aglomerasi yaitu:
·
Pasar Senen, pasar minggu, pasar rebo
merupakan pengelompokan tempat berjualan berdasarkan hari pasaran.
·
Kegiatan industri terpusat di kawasan
Jababeka, Pulogebang, atau Tangerang.
·
Di perkotaan terjadi pemusatan penduduk
berdasarkan status sosial dan ekonomi melalui kawasan slum area, menengah ke
atas, dan kawasan elit.
7. Konsep
Nilai Kegunaan
Nilai
kegunaan adalah konsep yang berkaitan dengan nilai guna suatu wilayah yang
dapat dikembangkan menjadi potensi yang menunjang perkembangan suatu wilayah.
Contoh
konsep nilai kegunaan yaitu:
·
Kawasan perbukitan kapur (kars) seperti
di Wonosari, Gunug Kidul memiliki banyak goa dan sumber mata air bawah tanah
yang cocok untuk dijadikan objek wisata alam.
·
Pulau Madura yang panas dan tanah yang tidak
subur tidak cocok sebagai laha pertanian, tetapi dari lokasi geografisnya
banyak dijadikan sebagai kawasan tambak garam.
8. Konsep
Interaksi/Interpendensi
Interaksi/Interpendensi
adalah konsep yang menunjukkan keterkaitan dan ketergantungan satu daerah dengan
daerah lain untuk saling memenuhi kebutuhannya.
Contoh
konsep Interaksi/interpendensi yaitu
·
Desa sebagai pemasok tenaga kerja dan
kota sebagai pemasok bahan produksi untuk desa.
·
Tanaman bawang tumbuh subur di Brebes
diangkut ke Jakarta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota.
9. Konsep
Diferensiasi Areal
Diferensiasi
areal adalah konsep yang membandingkan dua wilayah untuk menunjukkan adanya
perbedaan antara satu wilayah dengan wilayah lain karena tiap-tiap wilayah
memiliki karakteristik khas masing-masing.
Contoh
konsep Diferensiasi areal yaitu:
·
Di dearah pantai penduduk bermata
pencaharian sebagai nelayan, sedangkan di pegunungan penduduk bermata
pencaharian sebagai petani.
·
Pakaian dari bahan katun cocok digunakan
di daerah panas seperti Jakarta, sedangkan pakaian dari bahan woll cocok di
gunakan di daerah dingin.
·
Bentuk rumah penduduk asli Sulawesi
berbentuk panggung, sedangkan bentuk rumah penduduk asli Jawa tidak berbentuk
panggung.
10. Konsep
Keterkaitan Ruang
Keterkaitan
ruang adalah konsep yang menunjukkan tingkat keterkaitan antar wilayah dan
mendorong terjadinya interaksi sebab-akibat antarwilayah.
Contoh
konsep keterkaitan ruang yaitu:
·
Lalu-lintas di Jakarta selalu macet
karena adanya mobilitas penglaju (pekerja) yang rumahnya di pinggiran Jakarta
(Bodetabek) tetapi bekerja di Jakarta.
·
Kabut asap yang melanda Singapura adalah
hasil dari pembakaran lahan di Riau, Palembang, dan sekitarnya yang terbawa
angin.
·
Gaya bicaya Pak Ruhut asal Medan lebih
tegas, keras, dan galak. Berbeda dengan gaya bicara Pak Joko asal Solo yang
lemah lembut dan sopan.
2.3
Pendekatan
Geografi
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan ini digunakan untuk
mengetahui persebaran dalam penggunaan ruang yang telah ada dan bagaimana
penyediaan ruang akan dirancang.
2. Pendekatan Kelingkungan (Pendekatan Ekologis)
Digunakan untuk mengetahui keterkaitan
dan hubungan antara unsur-unsur yang berada di lingkungan tertentu, yaitu :
·
hubungan antar makhluk hidup
·
hubungan antara makhluk hidup dengan
lingkungan alamnya
Contoh dari keterkaitan antar unsur
misalnya petani di daerah lahan miring pasti akan melakukan kegiatan pertanian
dengan sistem terrassering.
3. Pendekatan Kewilayahan
Merupakan kombinasi antara pendekatan
keruangan dan kelingkungan. Misalnya dalam mengkaji wilayah yang memiliki
karakaterisitik wilayah yang khas yang dapat dibedakan satu sama lain (areal
differentation), maka harus diperhatikan bagaimana persebarannya (analisis
keruangan) dan bagaimana interaksi antara manusia dengan lingkungan alamnya
(analisis ekologi). Pendekatan wilayah sangat penting untuk pendugaan wilayah (reginal
forecasting) dan perencanaan wilayah (regional planning).
Pendekatan keruangan,
kelingkungan, dan kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh.
pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. jadi fenomena,
gejala, dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara
berbagai unit ekosistem dalam ruang. penerapan pendekatan geografi terhadap
gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif- alternatif
pemecahan masalah.
2.4
Prinsip
– prinsip Geografi
Prinsip
geografi menjadi dasar pada uraian, pengkajian, pengungkapan gejala, variabel,
faktor, dan masalah geografi. Pada waktu melakukan pendekatan terhadap objek
yang dipelajari, dasar atau prinsip ini harus selalu menjiwainya.Secara
teoretis, prinsip itu terdiri dari :
1. Prinsip Persebaran
Persebaran bentang alam di permukaan
bumi tidak merata sehingga setiap wilayah akan berbeda dengan wilayah lain.
Contohnya persebaran jumlah transmigran di Indonesia tidak merata, ada suatu
wilayah yang jumlahnya besar dibandingkan dengan yang lain sesuai dengan luas
wilayahnya.
2. Prinsip Interelasi
Fenomena geosfer yang satu mempunyai
hubungan dengan fenomena geosfer yang lain, gejala yang satu berkaitan dengan
gejala yang lain. Contohnya sebagian besar penduduk desa bermata pencaharian
sebagai petani karena masih tersedianya lahan untuk digarap.
3. Prinsip Deskripsi
untuk menggambarkan fenomena geosfer
memerlukan deskripsi, melalui tulisan, tabel, gambar atau grafik. Contohnya
peta persebaran lempeng tektonik di dunia.
4. Prinsip korologi
Dengan menganalisis suatu wilayah
berdasarkan ketiga prinsip sebelumnya maka suatu wilayah akan mempunyai
karakteristik tertentu. Prinsip ini merupakan simbol dari geografi modern.
Contohnya suhu udara di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan. Hal ini
disebabkan salah satunya karena banyaknya sinar matahari yang dipantulkan oleh
bangunan-bangunan yang ada di perkotaan.
2.5
Desa
Secara
umum, Desa merupakan permukiman penduduk yang terletak di luar kota dan mata
pencaharian sebagian besar penduduknya di bidang agraris. Kebanyakan orang
sering menyebutnya dengan kampung.
Kebanyakan
penduduk perdesaan bekerja di bidang pertanian, sehingga dapat dikatakan bahwa desa
di Indonesia pada umumnya berfungsi sebagai desa agraris.
Menurut
Bintarto, desa memiliki tiga unsur utama yang meliputi daerah, penduduk, dan
tata kehidupan.
1. Daerah
(Wilayah)
Daerah
yang dimaksud berupa lahan yang produktif maupun yang tidak produktif, termasuk
penggunaan tanah, letak, luas, dan batas lahan di lingkungan setempat. Unsur
daerah meliputi lahan di desa, misalnya lahan pekarangan, persawahan, tegalan,
dan permukiman.
2. Penduduk
Unsur
desa ini meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran, dan mata
pencaharian penduduk desa setempat. Unsur ini terkait dengan kualitas dan
kuantitas penduduk desa.
3. Tata
Kehidupan
Tata
kehidupan desa berupa pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan penduduk
desa. Tata pergaulan berkaitan dengan selukbeluk kehidupan masyarakat desa
(rural society). Tata kehidupan ini erat kaitannya dengan usaha penduduk desa
dalam mempertahankan hidup dan meningkatkan kesejahteraan.
Ketiga
unsur tersebut merupakan satu kesatuan hidup (living unit). Kemajuan desa
dipengaruhi oleh unsur-unsur tersebut terutama yang berkaitan dengan faktor
usaha manusia (human efforts) dan tata geografi (geographical setting).
Ciri
– Ciri Desa
·
Perbandingan lahan dengan manusia cukup
besar
·
Lapangan kerja agraris
·
Antar warga akrab
·
Masyarakat memegang tradisi
·
Masyarakat religious
·
Sifat gotong royong masih kental
Fungsi Desa
·
Desa sebagai Hinterland (pemasok
kebutuhan bagi kota)
·
Desa merupakan sumber tenaga kerja kasar
bagi perkotaan
·
Desa merupakan mitra bagi pembangunan
kota
·
Desa sebagai bentuk pemerintahan
terkecil di wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan
tingkat kemampuan potensi-potensi yang di miliki, desa dapat di klasifikasikan
sebagai berikut:
1. Desa
swadaya ( tradisional )
Yaitu
wilayah pedesaan yang hampir seluruh masyarakatnya memenuhi kebutuhan dengan
mengusahakan sendiri, bahkan jarang atau tidak pernah kontak dengan masyarakat
luar, sehingga proses kemajuan lamban. Potensi sumber daya tidak berkembang.
Kondisi sedemikian dialami desa-desa terpencil di pedalaman.
2. Desa
Swakarya ( transisi )
Yaitu
desa yang dapat mengembangkan potensi yang ada dan dapat memenuhi kebutuhan
sendiri, kelebihan produksi yang di hasilkan dapat di jual ke daerah lain dan dapat
mengembangkan potensi alam, walaupun belum maju.
3. Desa
swasembada ( maju )
Yaitu
desa yang dapat mengembangkan potensi secara optimal dan dapat menerapkan
teknologi baru untuk memenfaatkan sumber daya yang di miliki, sehingga proses
pembangunan dapat berjalan dengan baik.
Pola
persebaran desa di Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu :
1.
Pola Memanjang
(linier).
Pola memanjang dibagi menjadi 4 yaitu:
·
Pola yang
mengikuti jalan. Pola desa yang terdapat di sebelah kiri dan kanan jalan raya
atau jalan umum. Pola ini banyak terdapat di dataran rendah.
·
Pola yang
mengikuti sungai. Pola desa ini bentuknya memanjang mengikuti bentuk sungai,
umumnya terdapat di daerah pedalaman.
·
Pola yang
mengikuti rel kereta api. Pola ini banyak terdapat di Pulau Jawa dan Sumatera karena
penduduknya mendekati fasilitas transportasi.
·
Pola yang
mengikuti pantai. Pada umumnya, pola desa seperti ini merupakan desa nelayan
yang terletak di kawasan pantai yang landai.
Maksud dari pola memanjang atau linier
adalah untuk mendekati prasarana transportasi seperti jalan dan sungai sehingga
memudahkan untuk bepergian ke tempat lain jika ada keperluan. Di samping itu,
untuk memudahkan penyerahan barang dan jasa.
2.
Pola Desa
Menyebar
Pola desa ini umumnya terdapat di daerah
pegunungan atau dataran tinggi yang berelief kasar. Pemukiman penduduk
membentuk kelompok unit-unit yang kecil dan menyebar.
3.
Pola Desa
Tersebar
Pola desa ini merupakan pola yang tidak
teratur karena kesuburan tanah tidak merata. Pola desa seperti ini terdapat di
daerah karst atau
daerah berkapur. Keadaan topografinya sangat buruk.
2.6
Kota
Kota dalam artian sempit merupakan
perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur fisiografis, sosial, ekonomi,
politik dan budaya yang terdapat di wilayah itu (kota).
Kota dalam artian luas dapat diartikan
sebagai sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non
alami dengan gejala-gejala aglomerasi yang cukup besar dengan corak kehidupan
yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah
belakangnya (hinterland).
Bintarto mengungkapkan bahwa kota
merupakan sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk tinggi,
struktur sosial heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik. Dengan kata
lain, kota merupakan bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan
non alami.
Pola kota dibedakan menjadi 3 macam yaitu
:
1.
Pola konsentris
Kota yang berpola konsentris berasal
dari suatu kelompok penduduk yang msing-masing bagiannya berkembang sedikit
demi sedikit ke arah luar. Sehingga tempat yang pada awalnya menjadi pusat
untuk segala kegiatan, seolah-olah dikelilingi oleh zona-zona yang berbentuk
lingkungan yang berlapis-lapis. Pusat kota ini disebut daerah pusat kegiatan
(central business district).
2.
Pola sektoral
Pada pola sektoral, sektor-sektor yang
menjadi bagian dari suatu kota dapat berkembang sendiri-sendiri tanpa banyak
dipengruhi oleh pusat kota. Satu sektor dapat berkembang lebih cepat dari pada
sektor lain. Perkembangan sektor-sektor ini juga dpengaruhi oleh topografi kota
dan jenis aktivitas penduduk.
3.
Pola pusat
kegiatan ganda
Kota dengan pusat kegiatan ganda
bermakna bagian-bagian kota mempunyai latar belakang linkungan yang berlainan
baik lingkungan alami maupun lingkungan sosial.
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Pada
observasi KKL I (sosial) yang diadakan pada tanggal 19 April 2015, dilakukan
observasi pada beberapa titik yang berbeda untuk melihat perbedaan setiap
tempat dan dapat membandingkan diantara semua titik tersebut. Pada observasi
ini dilakukan penelitian tentang bagaimana corak kehidupan penduduk disetiap
desa yang dikunjungi, keadaan sosialnya serta bagaimana keadaan desanya.
Tempat-tempat yang dikunjungi pada
observasi ini, yaitu :
3.1
Desa
Layeun
1.
Profil Umum Desa
Layeun
Desa Layeun berada di kecamatan
Lepupung, kabupaten Aceh Besar. Terletak pada koordinat 50 20’59”
LU dan 950 14’36” BT. Daerah ini turut hancur akibat bencana
tsunami pada tahun 2004 lalu. Gampong Layeun memiliki luas 1510 ha dan
secara adminitrasi merupakan bagian dari Kecamatan Leupung - Kabupaten Aceh
Besar (BPS, 2013). Batas wilayah administrasi gampong Layeun adalah sebagai
berikut:
·
Sebelah Barat
berbatasan dengan perairan India,
·
Sebelah Timur
berbatasan dengan Gampong Indrapuri,
·
Sebelah Selatan
berbatasan dengan Gampong Paro’o, dan
·
Sebelah utara
berbatasan dengan Gampong Pulot
Gampong Layeun hanya berjarak 7 km dari
ibu kota kecamatan Leupung dan dapat ditempuh selama 10 menit dengan jalur
darat. Jarak Gampong Layeun dengan ibukota propinsi Banda Aceh relative dekat
yaitu hanya 29 km, dapat ditempuh selama 25 menit dengan kendaraan darat.
Sementara ibukota kabupaten berjarak 80 km dari Gampong Layeun dan harus
ditempuh selama 2 jam dengan jalur darat.
Gambar Pemberian
materi oleh dosen
2.
Sumber Daya Alam
Wilayah ini memiliki berbagai sumber
daya alam, yaitu :
a)
Potensi Ikan
Wilayah ini merupakan wilayah yang
sangat strategis karena posisinya yang berada di teluk, sehingga menyebabkan
lautnya tenang dan ombaknya kecil dan membuat wilayah ini kaya akan ikan.
Wilayah ini juga cocok untuk tempat pembiakan ikan. Potensi alam ini banyak
dimanfaatkan warga setempat salah satunya dengan usaha ikan asin. Tetapi
pemanfaatannya masih belum maksimal karena disebabkan oleh pendidikan
masyarakatnya yang masih rendah.
b)
Potensi Barang
Tambang
Wilayah ini memiliki potensi dalam hal
batuan yang cocok digunakan untuk konstruksi bangunan. Selain itu juga terdapat
kalsit yang dapat digunakan untuk penjernihan air dan gula pasir. Di wilayah
ini juga terdapat barang tambang seperti besi, baik dalam bentuk Fe2O3 maupun
FeS2 dan juga terdapat korondum jika digali lebih dalam. Selain itu juga
terdapat tembaga.
3.
Penduduk
Desa ini penduduknya termasuk sebagian
besar bermata pencarian sebagai nelayan, dan dibidang agraris. Desa ini dapat
dikatakan desa swakarya menuju desa swasembada karena di pengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
·
Menjual ikan
hasil tangkapan dengan ciri khas ikan asin
·
Pola pemukiman
memanjang mengikuti jalan atau pantai
·
Jalur transportasi
yang sudah memadai..
Pemukiman
di wilayah ini mengikuti pola memanjang yitu memanjang sepanjang pantai.
Walaupun wilayah ini berdekatan dengan laut, tetapi masyarakatnya dapat
mengkonsumsi air tawar yang berasal dari pegunungan yang mengalir sampai ke
desa tersebut. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari tidak perlu
menggunakan air payau atau asin.
Daerah ini terkenal dengan penjualan
ikan asin yang berada di Jalan Banda Aceh – Meulaboh. Tetapi potensi perikanan
yang cukup besar ini tidak diimbangi dengan tempat pelelangan ikan yang memadai
dan harga ikan yang relatif tinggi, seharusnya dengan jumlah tangkapan yang
besar justru harga ikan akan berada pada titik terendah.
Gambar Penjualan ikan asin yang terdapat di layeun
Potensi
utama di desa ini adalah dari perikanan yang sangat menjanjikan, masyarakat
disekitar desa ini sadar akan potensi tersebut, secara bersama-sama masyarakat
setempat menjadi nelayan untuk menangkap ikan. Kebanyakan dari hasil
penangkapan ikan nelayan tersebut diolah oleh masyarakat menjadi ikan asin.
Wawancara mendalam dengan salah satu
pedagang ikan yang bernama Ibu Rusmayanti menyebutkan bahwa “1 keranjang ikan segar yang dibeli seharga
Rp 150.000 (sekitar 10 kg) ketika dikeringkan akan menjadi 13-15 bambu
(tergantung jenis ikan). Harga ikan asin mengikuti harga pasaran ikan yaitu
antara Rp. 10.000 sampai Rp. 25.000 rupiah/bambu”.
Dalam proses pengasinan, pedagang harus
mengalokasikan pengeluaran untuk pembelian garam. Karena garam beryodium cukup
mahal, maka pedagang menggunakan garam non yodium. Pedagang membeli garam dari
luar gampong dengan harga Rp.4.000/ kg. Lahan yang saat ini digunakan pedagang
untuk berjualan adalah milik orang lain. Untuk itu, mereka harus membayar sewa
sebesar Rp. 50.000 per bulan, Siklus pembelian ikan sangat tergantung dengan
hasil penjualan. Sebagai contoh, bila dalam 3 hari ikan masih banyak maka
pedagang tidak akan membeli bahan ikan asin. Perhitungan kasar dan hasil testimoni
pedagang ikan mengindikasikan bahwa pendapatan rata-rata perhari sebesar 50 ribu
– 100 ribu”. Dengan demikian pendapatan bersih rata-rata mereka diperkirakan
antara Rp.1.500.000 hingga Rp.3.000.000 per bulan.
3.2
Desa Pante Cermin
1.
Profil Umum Desa
Pante Cermin
Gambar Kantor
Keuchik Pante Cermin
Desa Pante Cermin adalah desa yang
terletak di kecamatan Lamnoe Jaya Aceh Jaya, yang mempunyai pola
bentuk mengelompok karena di sebabkan lahan tanah yang subur. Desa Pante cermin
terletak jauh dari pusat perkotaan.
Pada saat ini Desa Pante Cermin masih
berstatus desa swadaya, karna mata pencaharian masyarakat yang masih homogen
yaitu petani masih mendominasi sebagai mata pencaharian utama. Pendidikan di
desa tersebut masih sangat minim,
Desa Pante Cermin dipimpin oleh keuchik yang
bernama Usman Rasyid dan sekretaris desa yang bersama Aslan. Keuchik Usman
Rasyid diangkat pada tanggal 1 bulan 10 tahun 2014 yang sebelumnya desa
tersebut sudah dipimpin oleh 10 kechik dengan sekdes Aslan dari tahun 2003
hingga sekarang
Di Desa Pante Cermin, rumah penduduk
banyak diantaranya merupakan rumah panggung dan terbuat dari kayu juga
kebanyakan rumah di desa Pante Cermin tidak memiliki kamar mandi dan tempat
buang air besar, jumlah kepala kelurga hanya 178 KK dan 652 jiwa/penduduk, yang
terdiri dari 318 laki-laki dan 334 perempuan. Pola persebaran
penduduk di desa Pante Cermin adalah memanjang mengikuti jalan dan garis
sungai, di desa Pante Cermin terbagi menjadi 4 dusun yang terdiri dari :
·
Dusun Malahayati
·
Dusun Darul
Ihsan
·
Dusun Seroja
·
Dusun Ingin Jaya
Sebelum
tahun 2000 akses desa Pante Cermin untuk ke daerah lain sangat sederhana yaitu
melalui jalan kaki bahkan ada juga melalui perairan seperti memakai rakit atau
sampan dengan waktu ± 1 jam. Pada tahun 2010 mulai diberdirikannya jembatan
sebagai alat akses ke daerah lain. Kini di daerah tersebut pememerintah
berencana menciptakan jalan jaring laba-laba yang dapat tembus ke Janthoe
2. Penduduk
Warga kampung Pante Cermin masih terikat
dengan adat istiadat dimana disetiap acara selalu menyelenggarakan pesta adat.
Selain itu keakraban dan keramahan juga sangat kental di antara penduduk, itu
terasa ketika kami sampai didesa ini. Adanya toleransi dan sikap saling gotong
royong membuat desa ini termasuk desa yang sangat aman.
Masyarakat yang tinggal di desa Pante
Cermin ini pada siang hari tidak banyak yang bekerja, malahan lebih banyak
duduk di pondok-pondok disebabkan karna
tidak ada mata pencaharian yang tetap, hanya menunggu pekerjaan bila ada.
kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani, karena daerahnya berada dekat hutan atau gunung.
Mata pencarian warga yang ada di desa
Pante Cermin adalah pertanian, pedagang, dan PNS tetapi sangat lah minim. Kalau
di masukan kedalam persentase yaitu pertanian 98%. Pedagang 1,5% dan 0,5% PNS.
Hasil perekonomian dari desa Pante Cermin adalah Kopi.
Adapun ciri-ciri dari
desa Pante Cermin antara lain sebagai berikut:
·
Lahan atau luas daerah pertanian lebih
besar dari pada jumlah penduduk.
·
Sangat bergantung pada alam.
·
Tanah di desa ini subur tapi tidak ada yang mengelola.
·
Pola persebaran penduduknya yaitu
memanjang mengikuti jalan dan garis sungai.
·
Masyarakatnya bermata pencaharian
petani.
·
Transportasi masih jarang, hanya angkutan
daerah dan kendaraan pribadi yang lewat.
3.
Sarana dan
Prasarana
Di bidang pelayanan
kesehatan, desa ini telah berdiri sebuah Puskesmas yang dikelola oleh warga
desa tersebut maupun bidan kampung. Di Puskesmas ini sendiri sudah berjalan
posyandu. Namun, jika ada warga yang sakit parah maka puskesmas juga akan
membuat rujukan ke rumah sakit di kota.
Di Desa Pante Cermin
juga telah berdiri sebuah SD dan SMP guna untuk pendidikan anak desa. Meskipun
untuk tingkat lanjutan SMA dan ke Perguruan Tinggi harus melanjutkan ke
perkotaan karena di pedesaan tersebut belum berdiri. Selain itu, di desa juga
adanya dayah, Meunasah dan sebuah Masjid untuk beribadah dan pengajian.
3.3
Desa
Sangoe
Desa sangoe terletak di Kecamatan Lamnoe
Kabupaten Aceh Jaya. Dahulu wilayah ini merupakan bagian dari Aceh Barat. Namun
sekarang menjadi bagian dari Aceh Jaya. Desa ini dulunya merupakan daerah
terisolir sebelum dibangun jalur transportasi darat. Saat belum ada jalan,
berbagai aktivitas menggunakan jalur sungai.
1. Sumber
Daya Alam
Desa ini adalah
desa yang kaya akan berbagi potensi alam. Banyak diantaranya yang bahkan belum
diketahui dan dikembangkan oleh
masyarakat setempat. Bahkan hanya sedikit yang sudah dikembangkan. Wilayah ini
merupakan wilayah impian atau dream land.
Desa ini
berpotensi dalam mengembangkan berbagai biota seperti anggrek. Di wilayah ini
banyak terdapat anggrek yang diperkirakan sekitar 200 macam anggrek liar yang
dapat dimanfaatkan untuk tanaman potong dan tanaman hias yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya.
Selain potensi
biota liar, desa ini juga berpotensi untuk menghasilkan madu. Hal ini didukung
oleh banyaknya tanaman yang mempunyai bunga yang dapat dimanfaatkan oleh lebah.
Sehingga dapat memanfaatkan alam untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan
mengembangkan wilayahnya tanpa harus merusak alam seperti menebang hutan.
Di antara sekian
banyak potensi yang dimiliki desa ini, yang telah dimanfaatkan diantaranya
adalah untuk perkebunan durian dan sedikit kopi.
Gambar
Sungai Lambeuso Desa Sangoe
2. Penduduk
Daerah
sangoe kecamatan lamnoe kabuapten aceh jaya ini sudah jauh letaknya dari ibu
kota propinsi aceh yaitu Banda Aceh. Daerah ini berjarak sekitar dua jam
perjalan dari Banda Aceh dengan transportasi darat ( mobil pribadi, sepeda
motor atau angkutan umum lainnya). Pegaruh dari Banda Aceh terhadap daerah ini
juga sudah lebih sedikit dari daerah sebelumnya layeun dikarenakan jarak sudah
lebih jauh dari pusat ibu kota propinsi aceh itu sendiri.
Penduduk
di daerah ini sebagai besar bermata pencaharian yang bergerak di bidang agraris
seperti pertanian, daerah merupakan daerah yang dikelilingi perbukitan.
Dulu
daerah ini merupakan daerah yang sangat terisolir ini dikarenakan kurangnya
sarana dan parsarana transportasi didaerah ini sangat tidak memadai, oleh
karena itu konsep jarak dan keterjangkauan adalah kunci utama dari pengembangan
sebuah daerah sangat tidak bagus.
Pasca
tsunami didaerah ini sudah dibuat jalan sehingga jalur transportasi sudah lebih
baik dan memicu berkembangnya pembangunan. Karena konsep keterjangkauan daerah
ini sudah lebih baik, sekarang daerah ini sudah lebih berkembang.
Pola
pemukiman penduduk didaerah ini memusat dikarenakan daerah ini memiliki
topografi yang tidak merata, daerah yang berkembangpun kecil dan juga berpusat dibeberapa titik saja. Daerah
ini sudah termasuk ke dalam desa swakarya yaitu desa yang sedang berkembang.
3.
Potensi Alam Sangoe
Daerah
ini termasuk salah satu daerah impian karena daerah ini memiliki banyak potensi
alam. Dari berbagai potensi alam yang ada di daerah ini hanya sedikit yang sudah dikembangkan dan sisanya belum dikembangkan bahkan mungkin belum
disadari oleh sebagaian besar masyarakat.
Berdasarkan
hasil pengamatan dilapangan salah satu potensi alam yang sudah dikembangkan di
daerah ini adalah kopi dan durian. Masyarakat didaerah ini sudah memanfaatkan
pegunungan disekitar untuk perkebunan kopi dan durian meskipun belum dilakukan
secara maksimal.
Selain
dari itu daerah ini memiliki bebrapa potensi lain untuk dikembangkan tapi masih
belum ada yang melirik potensi itu diantaranya :
·
Dari hasil pengamatan pengunungan di
daerah ini memiliki sekitar 200 jenis
anggrek yang berbeda. Itu merupakan potensi alam yang sangat luar biasa. Daerah ini cocok jika dikembangkan budidaya
anggrek yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan karangan bunga, yang
nilai jualnya sangat tinggi.
·
Daerah ini memiliki banyak tumbuhan
biji, tumbuhan biji sangat bermanfaat bagi lebah, oleh karena itu daerh ini
juga sanagat cocok kita jadikan sebagai pembudidayaan madu. Walaupun didaerah
ini tidak ada lebah tapi lebah bisa kita
bawa dari tempat lain.
·
Sebagian besar batuan didaerah sangoe
ini termasuk batu gamping yang apabila berevolusi bisa berubah menjadi batu
marmer yang sangat bermafaat bagi pembuatan lantai dan harga jualnya juga
sangat tinggi.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Desa diartikan sebagai suatu wilayah
yang jauh dari pusat keramaian kota, memiliki kondisi daerah yang masih alami.
Dihuni oleh penduduk yang relatif
jarang. Dan setiap daerah di Indonesia memiliki potensi yang
berbeda-beda yang bisa dikembangkan serta sebagai ladang perekonomian bagi
masyarakat.
Keadaan
alam, potensi sumber daya, bentuk, aktivitas masyarakat atau mata pencaharian
masyarakat di suatu wilayah dengan wilayah lainnya yang terdapat dipermukaan
bumi berbeda satu sama lain. Hal ini sangat bergantung pada keadaan alamiah
setempat. Sebagai contoh bentuk desa yang terlatak di dataran rendah sudah
barang tentu berbeda dengan desa yang terletak di dataran tinggi atau
pegunungan, baik dari segi mata pencaharian atau budaya.
Desa
Layeun, Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar adalah sebuah desa yang diapit
oleh gunung dan laut. desa ini dihalangi oleh deretan bukit dan dibatasi
pantai. potensi bukit dengan tanah yang subur, digunakan sebagai tempat
bercocok tanam palawijaya. Desa layeun merupakan desa swakarya
menuju desa swasembada.
Desa Sangoe dan Desa Pante
Cermin Kecamatan Jaya Lamno Kabupaten Aceh Jaya, mempunyai panorama yang sangat
indah, mulai dari hutan, pegunungan, sungai, pantai dan laut. Desa ini
merupakan daerah lintasan baru dari Lamno menuju Kota Jantho yang tidak lain
adalah ibu kota aceh besar.
Pola persebaran penduduk didesa Pantai
Cermin, dan Sango termasuk ke pola persebaran memanjang mengikuti jalan dan
garis sungai. Di desa Pantai Cermin dan desa Sango banyak potensi desa yang
tidak dikelola dengan baik. Dan masyarakatnya masih kurang pendidikan.
4.2
Saran
Ketiga desa ini masih mempunyai berbagai
kendala dalam mengembangkan desa mereka. Kendala-kendala ketiga desa ini,
seperti: sarana-prasarana (infrastruktur) yang masih kurang, hasil produksi
pertanian masih rendah, pemasaran ke kota masih kurang, dan pengembangan potensi-potensi
ini masih terbatas. Hal ini disebabkan sumber daya manusia (SDA) Layeun, Pante
Cermin, dan Sangoe masih belum berkembang. Padahal seperti yang telah penulis
diskripsikan di atas, desa-desa ini mempunyai potensi yang sangat mendukung
untuk perkembangan desanya.
Oleh
karena itu penulis harapkan bagi kita
semua para mahasiswa sebagai kaum intelektual era ini agar menjadi pencetus dalam
pemgembangan daerah dengan memanfaatkan segala potensi alam yang kita miliki.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke
Cipta.
Arifin, Muhammad.
(1997). Geografi Regional Indonesia.
Medan: FPIPS IKIP Medan.
Kudonarpodo,
Kartiman.Didang Setiawan. 1997.Geografi 2.
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Sutrijat, Sumadi. 1999.Geografi 1. Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan.
Syamsul
Bardi, 2010,. Pengantar Geografi Desa. Al-Washiliyah
Press, Banda Aceh.
Tim Abdi Guru (Hasan
Budi, d.kk).2004. Geografi SMP VII, VIII,
IX. Jakarta : Erlangga.
LAMPIRAN
Gambar wawancara
dengan pedagang Ikan Asin dan Ikan yang lagi dijemur
Gambar wawancara dengan penduduk
Desa Pante Cermin dan sekaligus melihat kegiatan para ibu-ibu
Gambar salah satu jembatan yang ada
di Desa Pante Cermin yang di bangun pada saat Bapak Irwandi Yusuf menjabat
sebagai Gubernur
Batuan yang telah di bom, untuk pembangunan jalan di desa
sango
Tidak ada komentar:
Posting Komentar