Selasa, 23 Juni 2015

laporan kkl 1

Laporan Observasi KKL 1 (Sosial)
PENGAMATAN LAPANGAN DI DESA
LAYEUN, PANTE CERMIN, DAN SANGOE
diajukan sebagai persyaratan tugas akhir semester

Disusun Oleh :
Fahmi Rija Arhas
1306101040079

Dosen Pembimbing :
Mukhtar, S. Pd, M. Pd
197110252006041002
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2015


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, dengan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan KKL I (Sosial) yang diadakan di 3 desa yaitu:
1.      Desa Layeun, Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar.
2.      Desa Pante Cermin, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya.
3.      Desa Sangoe, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya.
 Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah Allah terakhir dan penyempurna seluruh risalah-Nya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1.      Bapak Mukhtar, S.Pd,, M.Pd. Selaku Dosen KKL 1 (Sosial).
2.      Bapak Drs. Syamsul Bardi, M. Si. Selaku Dosen KKL 1 (Sosial)
3.      Ibu Nurlaili, S. Pd, M. Pd. Selaku Dosen KKL 1 (Sosial)
4.     Drs. Zulfahmi selaku dosen pembimbing waktu observasi KKL 1 (Sosial)
5.     Orang tua yang telah membantu baik moril maupun materi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun tulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya laporan ini.









                                                                             Banda Aceh, 05 Mei 2015  
                                                                                       Penulis


                                                                                               Fahmi Rija Arhas
                                                                                                 1306101040079        

DAFTAR ISI





BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang

Kuliah kerja lapangan merupakan salah satu mata kuliah yang harus di selesaikan dalam mengikuti perkuliahan serta merupakan syarat yang harus di ambil guna melanjutkan mata kuliah tyang lain. Selama masa perkuliahan berlangsung kami di haruskan untuk mengikuti KKL sosial.
Kuliah kerja lapangan di maksudkan dengan tujuan agar kita sebagai mahasiswa geografi lebih dekat dan mengerti tentang alam dan segala sesuatu yang telah di pelajari di ruang belajar dapat di aplikasikan dalam dunia nyata dengan cara melihat sendiri apa sebenarnya terjadi di lapangan.
Kami mengunjungi wilayah yang telah di tetapkan kemudian kami mengamati segala sesuatu yang ada di kawasan tersebut baik itu secara fisik maupun social yang ada di sekitarnya. Kami lebih menitik beratkan pada kegiatan sosial masyarakat di wilayah baik itu berupa interaksi, kegiatan ekonomi, pola pemukiman, maupun akses sarana dan prasarana yang telah di miliki oleh kawasan itu.


Oleh karena itu kami melakukan perjalanan ke beberapa titik lokasi guna memperjelas dan menyelesaikan tugas kuliah kami, yaitu kuliah kerja lapangan (sosial) agar semua yang di pertanyakan bisa terjawab.

1.2        Rumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam laporan ini mencakup berbagai aspek sosial, yaitu :
1.      Bagaimana Sumber Daya Alam (potensi) yang terdapat di suatu wilayah atau desa ?
2.      Bagaimana keadaan penduduk wilayah tersebut baik keadaan ekonomi, sosial, maupun kebudayaannya?
3.      Apa saja kendala yang dihadapi untuk mengembangkan wilayah tersebut menjadi wilayah yang produktif?


1.3       Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam observasi ini adalah :
a)      Mahasiswa mengetahui bagaimana keadaan sosial di sutatu wilayah dan mampu menganalisa berbagai hal, baik potensi serta permasalahan yang ada di wilayah tersebut.
b)      Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang berbagai teori yang telah dipelajari selama perkuliahan.
c)      Mahasiswa mampu mengaplikasikan berbagai pengetahuan yang diperoleh.

1.4       Metodelogi Penelitian

Adapun untuk mencapai tujuan dari penelitian yang dilakukan, maka metode yang dilakukan/ digunakan adalah metode secara langung (observasi), artinya mahasiswa secara langsung dapat mengamati objek-objek yang telah dipelajari dan juga pengarahan dari dosen di lapangan. Pada metodelogi ini juga didukung oleh literature buku yang menguatkan fakta dilapangan.




1.5       Waktu dan Tempat Observasi

Kegiatan observasi KKL 1 (Sosial)  ini dilaksanakan pada  :
Hari/ Tanggal  : Minggu, 19 April 2015
Pukul               : 09.00 s/d selesai
Tempat            : 3 lokasi observasi
1.      Lokasi I Desa Layeun Kecamatan Leupung Kabupaten Aceh Besar
2.      Lokasi II Desa Pante Cermin Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya
3.      Lokasi III Desa Sangoe Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1       Pengertian Geografi

Istilah Geografi berasal dari bahasa Yunani geo yang artinya bumi dan graphien yang artinya pencitraan. Geografi adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan segala sesuatu yang ada di permukaan bumi. Beberapa definisi Geografi yang dikemukakan para ahli geografi, antara lain sebagai berikut.
1.    Bintarto (1977)
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam, dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsurunsur bumi dalam ruang dan waktu. Di sini dijelaskan bahwa geografi tidak hanya mempelajari alam (bumi) beserta gejala-gejalanya, tetapi geografi juga mempelajari manusia beserta semua kebudayaan yang dihasilkannya.
2.    Alexander (1958)
Geografi adalah studi tentang pengaruh lingkungan alam pada aktivitas manusia. Dalam pandangan Alexander inilah mulai dibahas tentang hubungan timbal balik antara aktivitas manusia serta pengaruhnya terhadap lingkungan alam. Contoh, penebangan hutan yang tidak terkendali oleh manusia


mengakibatkan terjadinya kerusakan lahan dan penggundulan hutan, yang dapat menyebabkan terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.
3.    Von Ricthoffen (1905)
Geografi adalah studi tentang gejala dan sifat-sifat permukaan bumi serta penduduknya yang disusun berdasarkan letaknya, dan mencoba menjelaskan hubungan timbal balik antara gejala-gejala dan sifat tersebut.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada intinya ilmu geografi terpusat pada gejala geosfer dalam kaitan hubungan persebaran dan interaksi keruangan.

2.2        Konsep Dasar Geografi

Ada beberapa konsep geografi yaitu :
1.    Konsep Lokasi
Lokasi adalah letak atau tempat dimana fenomena geografi terjadi. Konsep lokasi dibagi menjadi dua yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.
a)      Lokasi Absolut
Lokasi absolut adalah letak atau tempat yang dilihat dari garis lintang dan garis garis bujur (garis astronomis). Lokasi absolut keadaannya tetap dan tidak dapat berpindah letaknya karena berpedoman pada garis astronomis bumi. Pebedaan garis astronomis menyebabkan perbedaan iklim (garis lintang) dan perbedaan waktu (garis bujur).
Contoh Lokasi Absolut yaitu Indonesia terletak di antara 6 derajat LU - 11 derajat LS sampai 95 derajat BT - 141 derajat BT. Dari letak absolut (garis astronomis) tersebut dapat dijelaskan bahwa lokasi paling Utara negara Indonesia terletak di 6 derajat LU (Pulau Miangas, Sulawesi Utara), lokasi paling selatan terletak di 11 derajat LS (Pulau Rote, NTT), dst.
b)      Lokasi Relatif
Lokasi relatif adalah letak atau tempat yang dilihat dari daerah lain di sekitarnya. Lokasi relatif dapat berganti-ganti sesuai dengan objek yang ada di sekitarnya.
Contoh Lokasi Relatif yaitu Indonesia terletak di antara 2 benua dan 2 samudera. Lokasi Indonesia menurut lokasi relatifnya yaitu terletak di antara 2 benua yaitu Asia dan Australia, serta terletak di antara 2 samudera yaitu Hindia dan Pasifik. Letak relatif ini dapat berubah-ubah sesuai dengan sudut pandang penggunanya karena lokasi relatif digambarkan melalu objek-objek yang dinamai oleh manusia contohnya nama benua, samudera, pulau, laut, dsb.
2.    Konsep Jarak
Jarak adalah ruang atau sela yang menghubungkan antara dua lokasi atau dua objek dan dihitung melalui hitungan panjang maupun waktu. Konsep Jarak memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Konsep jarak dibagi menjadi dua, yaitu jarak mutlak dan jarak relatif.
a)      Jarak Mutlak
Jarak mutlak adalah ruang atau sela antara dua lokasi yang digambarkan atau dijelaskan melalui ukurang panjang dalam satuan ukuran meter, kilometer, dsb. Jarak mutlak merupakan jarak yang tetap dan tidak dapat berubah-ubah.
Contoh jarak mutlak yaitu Jarak antara Jakarta ke Bandung adalah 150 km. jarak tersebut diukur memanjang dari titik A (Jakarta) dan titik B (Bandung) dan dihitung dengan satuan ukuran kilometer.
b)      Jarak Relatif
Jarak relatif adalah ruang atau sela antara dua lokasi yang dinyatakan dalam lamanya perjalanan atau waktu.
Contoh jarak relatif yaitu jarak antara Jakarta ke Bandung dapat ditempuh dalam waktu 2 jam melewati Tol Purbaleunyi. Tentu jarak relatiif tersenut akan berbeda apabila keadaan jalan tol sedang macet atau perjalanan ke Bandung tidak melewati jalan tol.
3.    Konsep Morfologi
Morfologi adalah konsep yang menjelaskan mengenai struktur luar dari batu-batuan yang menyusun bentuk morfologi permukaan bumi (pantai, dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, lembah, dsb).
Contoh konsep morfologi yaitu:
·         Jakarta merupakan dataran rendah, Bandung dataran tinggi.
·         Perjalanan Jakarta ke Bandung melewati daerah yang
bergelombang (perbukitan). 
·         Daerah selatan D.I. Yogyakarta merupakan daerah perbukitan kapur (karst).
4.    Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan adalah jarak yang mampu dicapai dengan maksimum dari satu wilayah ke wilayah lain. Keterjangkauan tidak hanya tergantung pada jarak tetapi juga tergantung pada sarana dan prasarana penunjang.
Contoh konsep keterjangkauan yaitu:
·         Harga lahan di persimpangan lebih mahal dari pada lahan di dalam gang 
·         Bantuan bencana sulit mencapai lokasi karena medan yang berat
·         Kepulauan Seribu hanya dapat dijtempuh dengan kapal dari pelabuhan Muara Angke.
5.    Konsep Pola
Pola adalah bentuk, struktur, dan persebaran fenomena atau kejadian di permukaan bumi baik gejala alam maupun gejala sosial.
Contoh konsep pola yaitu:
·         Pemukiman memanjang di sepanjang jalan raya pantura Jawa
·         Pemukiman di kota besar seperti Jakarta dibangun berhimpitan
·         Aliran air sungai yang berbentuk sudut siku-siku adalah aliran sungai rectangular.
6.    Konsep Aglomerasi
Aglomerasi adalah adanya suatu fenomena yang mengelompok menjadi satu bentuk atau struktur.
Contoh konsep aglomerasi yaitu:
·         Pasar Senen, pasar minggu, pasar rebo merupakan pengelompokan tempat berjualan berdasarkan hari pasaran.
·         Kegiatan industri terpusat di kawasan Jababeka, Pulogebang, atau Tangerang.
·         Di perkotaan terjadi pemusatan penduduk berdasarkan status sosial dan ekonomi melalui kawasan slum area, menengah ke atas, dan kawasan elit.
7.    Konsep Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan adalah konsep yang berkaitan dengan nilai guna suatu wilayah yang dapat dikembangkan menjadi potensi yang menunjang perkembangan suatu wilayah.
Contoh konsep nilai kegunaan yaitu:
·         Kawasan perbukitan kapur (kars) seperti di Wonosari, Gunug Kidul memiliki banyak goa dan sumber mata air bawah tanah yang cocok untuk dijadikan objek wisata alam.
·         Pulau Madura yang panas dan tanah yang tidak subur tidak cocok sebagai laha pertanian, tetapi dari lokasi geografisnya banyak dijadikan sebagai kawasan tambak garam.
8.    Konsep Interaksi/Interpendensi
Interaksi/Interpendensi adalah konsep yang menunjukkan keterkaitan dan ketergantungan satu daerah dengan daerah lain untuk saling memenuhi kebutuhannya. 
Contoh konsep Interaksi/interpendensi yaitu
·         Desa sebagai pemasok tenaga kerja dan kota sebagai pemasok bahan produksi untuk desa.
·         Tanaman bawang tumbuh subur di Brebes diangkut ke Jakarta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota.

9.    Konsep Diferensiasi Areal
Diferensiasi areal adalah konsep yang membandingkan dua wilayah untuk menunjukkan adanya perbedaan antara satu wilayah dengan wilayah lain karena tiap-tiap wilayah memiliki karakteristik khas masing-masing.
Contoh konsep Diferensiasi areal yaitu:
·         Di dearah pantai penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan, sedangkan di pegunungan penduduk bermata pencaharian sebagai petani.
·         Pakaian dari bahan katun cocok digunakan di daerah panas seperti Jakarta, sedangkan pakaian dari bahan woll cocok di gunakan di daerah dingin.
·         Bentuk rumah penduduk asli Sulawesi berbentuk panggung, sedangkan bentuk rumah penduduk asli Jawa tidak berbentuk panggung.
10.     Konsep Keterkaitan Ruang
Keterkaitan ruang adalah konsep yang menunjukkan tingkat keterkaitan antar wilayah dan mendorong terjadinya interaksi sebab-akibat antarwilayah.
Contoh konsep keterkaitan ruang yaitu:
·         Lalu-lintas di Jakarta selalu macet karena adanya mobilitas penglaju (pekerja) yang rumahnya di pinggiran Jakarta (Bodetabek) tetapi bekerja di Jakarta.
·         Kabut asap yang melanda Singapura adalah hasil dari pembakaran lahan di Riau, Palembang, dan sekitarnya yang terbawa angin. 
·         Gaya bicaya Pak Ruhut asal Medan lebih tegas, keras, dan galak. Berbeda dengan gaya bicara Pak Joko asal Solo yang lemah lembut dan sopan.

2.3       Pendekatan Geografi

1.    Pendekatan Keruangan
Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui persebaran dalam penggunaan ruang yang telah ada dan bagaimana penyediaan ruang akan dirancang.
2.    Pendekatan Kelingkungan (Pendekatan Ekologis)
Digunakan untuk mengetahui keterkaitan dan hubungan antara unsur-unsur yang berada di lingkungan tertentu, yaitu :
·         hubungan antar makhluk hidup
·         hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan alamnya
Contoh dari keterkaitan antar unsur misalnya petani di daerah lahan miring pasti akan melakukan kegiatan pertanian dengan sistem terrassering.
3.    Pendekatan Kewilayahan
Merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dan kelingkungan. Misalnya dalam mengkaji wilayah yang memiliki karakaterisitik wilayah yang khas yang dapat dibedakan satu sama lain (areal differentation), maka harus diperhatikan bagaimana persebarannya (analisis keruangan) dan bagaimana interaksi antara manusia dengan lingkungan alamnya (analisis ekologi). Pendekatan wilayah sangat penting untuk pendugaan wilayah (reginal forecasting) dan perencanaan wilayah (regional planning).

Pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. jadi fenomena, gejala, dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif- alternatif pemecahan masalah.

2.4       Prinsip – prinsip Geografi

Prinsip geografi menjadi dasar pada uraian, pengkajian, pengungkapan gejala, variabel, faktor, dan masalah geografi. Pada waktu melakukan pendekatan terhadap objek yang dipelajari, dasar atau prinsip ini harus selalu menjiwainya.Secara teoretis, prinsip itu terdiri dari :
1.    Prinsip Persebaran
Persebaran bentang alam di permukaan bumi tidak merata sehingga setiap wilayah akan berbeda dengan wilayah lain. Contohnya persebaran jumlah transmigran di Indonesia tidak merata, ada suatu wilayah yang jumlahnya besar dibandingkan dengan yang lain sesuai dengan luas wilayahnya.
2.    Prinsip Interelasi
Fenomena geosfer yang satu mempunyai hubungan dengan fenomena geosfer yang lain, gejala yang satu berkaitan dengan gejala yang lain. Contohnya sebagian besar penduduk desa bermata pencaharian sebagai petani karena masih tersedianya lahan untuk digarap.
3.    Prinsip Deskripsi
untuk menggambarkan fenomena geosfer memerlukan deskripsi, melalui tulisan, tabel, gambar atau grafik. Contohnya peta persebaran lempeng tektonik di dunia.
4.    Prinsip korologi
Dengan menganalisis suatu wilayah berdasarkan ketiga prinsip sebelumnya maka suatu wilayah akan mempunyai karakteristik tertentu. Prinsip ini merupakan simbol dari geografi modern. Contohnya suhu udara di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan. Hal ini disebabkan salah satunya karena banyaknya sinar matahari yang dipantulkan oleh bangunan-bangunan yang ada di perkotaan.

2.5       Desa

Secara umum, Desa merupakan permukiman penduduk yang terletak di luar kota dan mata pencaharian sebagian besar penduduknya di bidang agraris. Kebanyakan orang sering menyebutnya dengan kampung.
Kebanyakan penduduk perdesaan bekerja di bidang pertanian, sehingga dapat dikatakan bahwa desa di Indonesia pada umumnya berfungsi sebagai desa agraris.
Menurut Bintarto, desa memiliki tiga unsur utama yang meliputi daerah, penduduk, dan tata kehidupan.
1.    Daerah (Wilayah)
Daerah yang dimaksud berupa lahan yang produktif maupun yang tidak produktif, termasuk penggunaan tanah, letak, luas, dan batas lahan di lingkungan setempat. Unsur daerah meliputi lahan di desa, misalnya lahan pekarangan, persawahan, tegalan, dan permukiman.
2.    Penduduk
Unsur desa ini meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian penduduk desa setempat. Unsur ini terkait dengan kualitas dan kuantitas penduduk desa.
3.    Tata Kehidupan
Tata kehidupan desa berupa pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan penduduk desa. Tata pergaulan berkaitan dengan selukbeluk kehidupan masyarakat desa (rural society). Tata kehidupan ini erat kaitannya dengan usaha penduduk desa dalam mempertahankan hidup dan meningkatkan kesejahteraan.

Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan hidup (living unit). Kemajuan desa dipengaruhi oleh unsur-unsur tersebut terutama yang berkaitan dengan faktor usaha manusia (human efforts) dan tata geografi (geographical setting).
Ciri – Ciri Desa
·         Perbandingan lahan dengan manusia cukup besar
·         Lapangan kerja agraris
·         Antar warga akrab
·         Masyarakat memegang tradisi
·         Masyarakat religious
·         Sifat gotong royong masih kental

Fungsi Desa
·         Desa sebagai Hinterland (pemasok kebutuhan bagi kota)
·         Desa merupakan sumber tenaga kerja kasar bagi perkotaan
·         Desa merupakan mitra bagi pembangunan kota
·         Desa sebagai bentuk pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesia.

Berdasarkan tingkat kemampuan potensi-potensi yang di miliki, desa dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
1.    Desa swadaya ( tradisional )
Yaitu wilayah pedesaan yang hampir seluruh masyarakatnya memenuhi kebutuhan dengan mengusahakan sendiri, bahkan jarang atau tidak pernah kontak dengan masyarakat luar, sehingga proses kemajuan lamban. Potensi sumber daya tidak berkembang. Kondisi sedemikian dialami desa-desa terpencil di pedalaman.
2.    Desa Swakarya ( transisi )
Yaitu desa yang dapat mengembangkan potensi yang ada dan dapat memenuhi kebutuhan sendiri, kelebihan produksi yang di hasilkan dapat di jual ke daerah lain dan dapat mengembangkan potensi alam, walaupun belum maju.
3.    Desa swasembada ( maju )
Yaitu desa yang dapat mengembangkan potensi secara optimal dan dapat menerapkan teknologi baru untuk memenfaatkan sumber daya yang di miliki, sehingga proses pembangunan dapat berjalan dengan baik.

Pola persebaran desa di Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu :
1.    Pola Memanjang (linier).
Pola memanjang dibagi menjadi 4 yaitu:
·         Pola yang mengikuti jalan. Pola desa yang terdapat di sebelah kiri dan kanan jalan raya atau jalan umum. Pola ini banyak terdapat di dataran rendah.
·         Pola yang mengikuti sungai. Pola desa ini bentuknya memanjang mengikuti bentuk sungai, umumnya terdapat di daerah pedalaman.
·         Pola yang mengikuti rel kereta api. Pola ini banyak terdapat di Pulau Jawa dan Sumatera karena penduduknya mendekati fasilitas transportasi.
·         Pola yang mengikuti pantai. Pada umumnya, pola desa seperti ini merupakan desa nelayan yang terletak di kawasan pantai yang landai.
Maksud dari pola memanjang atau linier adalah untuk mendekati prasarana transportasi seperti jalan dan sungai sehingga memudahkan untuk bepergian ke tempat lain jika ada keperluan. Di samping itu, untuk memudahkan penyerahan barang dan jasa.
2.    Pola Desa Menyebar
Pola desa ini umumnya terdapat di daerah pegunungan atau dataran tinggi yang berelief kasar. Pemukiman penduduk membentuk kelompok unit-unit yang kecil dan menyebar.
3.    Pola Desa Tersebar
Pola desa ini merupakan pola yang tidak teratur karena kesuburan tanah tidak merata. Pola desa seperti ini terdapat di daerah karst atau daerah berkapur. Keadaan topografinya sangat buruk.

2.6       Kota

Kota dalam artian sempit merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik dan budaya yang terdapat di wilayah itu (kota).
Kota dalam artian luas dapat diartikan sebagai sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala aglomerasi yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya (hinterland).
Bintarto mengungkapkan bahwa kota merupakan sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk tinggi, struktur sosial heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik. Dengan kata lain, kota merupakan bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami.
Pola kota dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1.      Pola konsentris
Kota yang berpola konsentris berasal dari suatu kelompok penduduk yang msing-masing bagiannya berkembang sedikit demi sedikit ke arah luar. Sehingga tempat yang pada awalnya menjadi pusat untuk segala kegiatan, seolah-olah dikelilingi oleh zona-zona yang berbentuk lingkungan yang berlapis-lapis. Pusat kota ini disebut daerah pusat kegiatan (central business district).
2.    Pola sektoral
Pada pola sektoral, sektor-sektor yang menjadi bagian dari suatu kota dapat berkembang sendiri-sendiri tanpa banyak dipengruhi oleh pusat kota. Satu sektor dapat berkembang lebih cepat dari pada sektor lain. Perkembangan sektor-sektor ini juga dpengaruhi oleh topografi kota dan jenis aktivitas penduduk.
3.    Pola pusat kegiatan ganda
Kota dengan pusat kegiatan ganda bermakna bagian-bagian kota mempunyai latar belakang linkungan yang berlainan baik lingkungan alami maupun lingkungan sosial.




BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada observasi KKL I (sosial) yang diadakan pada tanggal 19 April 2015, dilakukan observasi pada beberapa titik yang berbeda untuk melihat perbedaan setiap tempat dan dapat membandingkan diantara semua titik tersebut. Pada observasi ini dilakukan penelitian tentang bagaimana corak kehidupan penduduk disetiap desa yang dikunjungi, keadaan sosialnya serta bagaimana keadaan desanya.
            Tempat-tempat yang dikunjungi pada observasi ini, yaitu :

3.1       Desa Layeun

1.    Profil Umum Desa Layeun
Desa Layeun berada di kecamatan Lepupung, kabupaten Aceh Besar. Terletak pada koordinat 50 20’59” LU dan 950 14’36” BT. Daerah ini turut hancur akibat bencana tsunami pada tahun 2004 lalu. Gampong Layeun memiliki luas 1510 ha dan secara adminitrasi merupakan bagian dari Kecamatan Leupung - Kabupaten Aceh Besar (BPS, 2013). Batas wilayah administrasi gampong Layeun adalah sebagai berikut:
·         Sebelah Barat berbatasan dengan perairan India,


·         Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Indrapuri,
·         Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Paro’o, dan
·         Sebelah utara berbatasan dengan Gampong Pulot
Gampong Layeun hanya berjarak 7 km dari ibu kota kecamatan Leupung dan dapat ditempuh selama 10 menit dengan jalur darat. Jarak Gampong Layeun dengan ibukota propinsi Banda Aceh relative dekat yaitu hanya 29 km, dapat ditempuh selama 25 menit dengan kendaraan darat. Sementara ibukota kabupaten berjarak 80 km dari Gampong Layeun dan harus ditempuh selama 2 jam dengan jalur darat.
Gambar Pemberian materi oleh dosen


2.    Sumber Daya Alam
Wilayah ini memiliki berbagai sumber daya alam, yaitu :
a)    Potensi Ikan
Wilayah ini merupakan wilayah yang sangat strategis karena posisinya yang berada di teluk, sehingga menyebabkan lautnya tenang dan ombaknya kecil dan membuat wilayah ini kaya akan ikan. Wilayah ini juga cocok untuk tempat pembiakan ikan. Potensi alam ini banyak dimanfaatkan warga setempat salah satunya dengan usaha ikan asin. Tetapi pemanfaatannya masih belum maksimal karena disebabkan oleh pendidikan masyarakatnya yang masih rendah.
b)   Potensi Barang Tambang
Wilayah ini memiliki potensi dalam hal batuan yang cocok digunakan untuk konstruksi bangunan. Selain itu juga terdapat kalsit yang dapat digunakan untuk penjernihan air dan gula pasir. Di wilayah ini juga terdapat barang tambang seperti besi, baik dalam bentuk Fe2O3 maupun FeS2 dan juga terdapat korondum jika digali lebih dalam. Selain itu juga terdapat tembaga.



3.    Penduduk
Desa ini penduduknya termasuk sebagian besar bermata pencarian sebagai nelayan, dan dibidang agraris. Desa ini dapat dikatakan desa swakarya menuju desa swasembada karena di pengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
·         Menjual ikan hasil tangkapan dengan ciri khas ikan asin
·         Pola pemukiman memanjang mengikuti jalan atau pantai
·         Jalur transportasi yang sudah memadai..
Pemukiman di wilayah ini mengikuti pola memanjang yitu memanjang sepanjang pantai. Walaupun wilayah ini berdekatan dengan laut, tetapi masyarakatnya dapat mengkonsumsi air tawar yang berasal dari pegunungan yang mengalir sampai ke desa tersebut. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari tidak perlu menggunakan air payau atau asin.
Daerah ini terkenal dengan penjualan ikan asin yang berada di Jalan Banda Aceh – Meulaboh. Tetapi potensi perikanan yang cukup besar ini tidak diimbangi dengan tempat pelelangan ikan yang memadai dan harga ikan yang relatif tinggi, seharusnya dengan jumlah tangkapan yang besar justru harga ikan akan berada pada titik terendah.
Gambar  Penjualan ikan asin yang terdapat di layeun

Potensi utama di desa ini adalah dari perikanan yang sangat menjanjikan, masyarakat disekitar desa ini sadar akan potensi tersebut, secara bersama-sama masyarakat setempat menjadi nelayan untuk menangkap ikan. Kebanyakan dari hasil penangkapan ikan nelayan tersebut diolah oleh masyarakat menjadi ikan asin.
Wawancara mendalam dengan salah satu pedagang ikan yang bernama Ibu Rusmayanti menyebutkan bahwa “1 keranjang ikan segar yang dibeli seharga Rp 150.000 (sekitar 10 kg) ketika dikeringkan akan menjadi 13-15 bambu (tergantung jenis ikan). Harga ikan asin mengikuti harga pasaran ikan yaitu antara Rp. 10.000 sampai Rp. 25.000 rupiah/bambu”.
Dalam proses pengasinan, pedagang harus mengalokasikan pengeluaran untuk pembelian garam. Karena garam beryodium cukup mahal, maka pedagang menggunakan garam non yodium. Pedagang membeli garam dari luar gampong dengan harga Rp.4.000/ kg. Lahan yang saat ini digunakan pedagang untuk berjualan adalah milik orang lain. Untuk itu, mereka harus membayar sewa sebesar Rp. 50.000 per bulan, Siklus pembelian ikan sangat tergantung dengan hasil penjualan. Sebagai contoh, bila dalam 3 hari ikan masih banyak maka pedagang tidak akan membeli bahan ikan asin. Perhitungan kasar dan hasil testimoni pedagang ikan mengindikasikan bahwa pendapatan rata-rata perhari sebesar 50 ribu – 100 ribu”. Dengan demikian pendapatan bersih rata-rata mereka diperkirakan antara Rp.1.500.000 hingga Rp.3.000.000 per bulan.

3.2       Desa Pante Cermin

1.    Profil Umum Desa Pante Cermin
Gambar Kantor Keuchik Pante Cermin
Desa Pante Cermin adalah desa yang terletak di kecamatan Lamnoe Jaya Aceh Jaya,  yang mempunyai pola bentuk mengelompok karena di sebabkan lahan tanah yang subur. Desa Pante cermin terletak jauh dari pusat perkotaan.
Pada saat ini Desa Pante Cermin masih berstatus desa swadaya, karna mata pencaharian masyarakat yang masih homogen yaitu petani masih mendominasi sebagai mata pencaharian utama. Pendidikan di desa tersebut masih sangat minim,
Desa Pante Cermin dipimpin oleh keuchik yang bernama Usman Rasyid dan sekretaris desa yang bersama Aslan. Keuchik Usman Rasyid diangkat pada tanggal 1 bulan 10 tahun 2014 yang sebelumnya desa tersebut sudah dipimpin oleh 10 kechik dengan sekdes Aslan dari tahun 2003 hingga sekarang
Di Desa Pante Cermin, rumah penduduk banyak diantaranya merupakan rumah panggung dan terbuat dari kayu juga kebanyakan rumah di desa Pante Cermin tidak memiliki kamar mandi dan tempat buang air besar, jumlah kepala kelurga hanya 178 KK dan 652 jiwa/penduduk, yang terdiri dari 318 laki-laki dan 334 perempuan. Pola persebaran penduduk di desa Pante Cermin adalah memanjang mengikuti jalan dan garis sungai, di desa Pante Cermin terbagi menjadi 4 dusun yang terdiri dari :
·         Dusun Malahayati
·         Dusun Darul Ihsan
·         Dusun Seroja
·         Dusun Ingin Jaya
Sebelum tahun 2000 akses desa Pante Cermin untuk ke daerah lain sangat sederhana yaitu melalui jalan kaki bahkan ada juga melalui perairan seperti memakai rakit atau sampan dengan waktu ± 1 jam. Pada tahun 2010 mulai diberdirikannya jembatan sebagai alat akses ke daerah lain. Kini di daerah tersebut pememerintah berencana menciptakan jalan jaring laba-laba yang dapat tembus ke Janthoe
2.    Penduduk
Warga kampung Pante Cermin masih terikat dengan adat istiadat dimana disetiap acara selalu menyelenggarakan pesta adat. Selain itu keakraban dan keramahan juga sangat kental di antara penduduk, itu terasa ketika kami sampai didesa ini. Adanya toleransi dan sikap saling gotong royong membuat desa ini termasuk desa yang sangat aman.
Masyarakat yang tinggal di desa Pante Cermin ini pada siang hari tidak banyak yang bekerja, malahan lebih banyak duduk di pondok-pondok  disebabkan karna tidak ada mata pencaharian yang tetap, hanya menunggu pekerjaan bila ada. kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani, karena daerahnya  berada dekat hutan atau gunung.
Mata pencarian warga yang ada di desa Pante Cermin adalah pertanian, pedagang, dan PNS tetapi sangat lah minim. Kalau di masukan kedalam persentase yaitu pertanian 98%. Pedagang 1,5% dan 0,5% PNS. Hasil perekonomian dari desa Pante Cermin adalah Kopi.

Adapun ciri-ciri dari desa Pante Cermin antara lain sebagai berikut:
·         Lahan atau luas daerah pertanian lebih besar dari pada jumlah penduduk.
·         Sangat bergantung pada alam.
·         Tanah di desa ini  subur tapi tidak ada yang mengelola.
·         Pola persebaran penduduknya yaitu memanjang mengikuti jalan dan garis sungai.
·         Masyarakatnya bermata pencaharian petani.
·         Transportasi masih jarang, hanya angkutan daerah dan kendaraan pribadi yang lewat.
3.    Sarana dan Prasarana
Di bidang pelayanan kesehatan, desa ini telah berdiri sebuah Puskesmas yang dikelola oleh warga desa tersebut maupun bidan kampung. Di Puskesmas ini sendiri sudah berjalan posyandu. Namun, jika ada warga yang sakit parah maka puskesmas juga akan membuat rujukan ke rumah sakit di kota.
Di Desa Pante Cermin juga telah berdiri sebuah SD dan SMP guna untuk pendidikan anak desa. Meskipun untuk tingkat lanjutan SMA dan ke Perguruan Tinggi harus melanjutkan ke perkotaan karena di pedesaan tersebut belum berdiri. Selain itu, di desa juga adanya dayah, Meunasah dan sebuah Masjid untuk beribadah dan pengajian.

3.3       Desa Sangoe

Desa sangoe terletak di Kecamatan Lamnoe Kabupaten Aceh Jaya. Dahulu wilayah ini merupakan bagian dari Aceh Barat. Namun sekarang menjadi bagian dari Aceh Jaya. Desa ini dulunya merupakan daerah terisolir sebelum dibangun jalur transportasi darat. Saat belum ada jalan, berbagai aktivitas menggunakan jalur sungai.
1.    Sumber Daya Alam
Desa ini adalah desa yang kaya akan berbagi potensi alam. Banyak diantaranya yang bahkan belum diketahui  dan dikembangkan oleh masyarakat setempat. Bahkan hanya sedikit yang sudah dikembangkan. Wilayah ini merupakan wilayah impian atau dream land.
Desa ini berpotensi dalam mengembangkan berbagai biota seperti anggrek. Di wilayah ini banyak terdapat anggrek yang diperkirakan sekitar 200 macam anggrek liar yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman potong dan tanaman hias yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya.
Selain potensi biota liar, desa ini juga berpotensi untuk menghasilkan madu. Hal ini didukung oleh banyaknya tanaman yang mempunyai bunga yang dapat dimanfaatkan oleh lebah. Sehingga dapat memanfaatkan alam untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan mengembangkan wilayahnya tanpa harus merusak alam seperti menebang hutan.
Di antara sekian banyak potensi yang dimiliki desa ini, yang telah dimanfaatkan diantaranya adalah untuk perkebunan durian dan sedikit kopi.
Gambar Sungai Lambeuso Desa Sangoe

2.    Penduduk
Daerah sangoe kecamatan lamnoe kabuapten aceh jaya ini sudah jauh letaknya dari ibu kota propinsi aceh yaitu Banda Aceh. Daerah ini berjarak sekitar dua jam perjalan dari Banda Aceh dengan transportasi darat ( mobil pribadi, sepeda motor atau angkutan umum lainnya). Pegaruh dari Banda Aceh terhadap daerah ini juga sudah lebih sedikit dari daerah sebelumnya layeun dikarenakan jarak sudah lebih jauh dari pusat ibu kota propinsi aceh itu sendiri.
Penduduk di daerah ini sebagai besar bermata pencaharian yang bergerak di bidang agraris seperti pertanian, daerah merupakan daerah yang dikelilingi perbukitan.
Dulu daerah ini merupakan daerah yang sangat terisolir ini dikarenakan kurangnya sarana dan parsarana transportasi didaerah ini sangat tidak memadai, oleh karena itu konsep jarak dan keterjangkauan adalah kunci utama dari pengembangan sebuah daerah sangat tidak bagus.
Pasca tsunami didaerah ini sudah dibuat jalan sehingga jalur transportasi sudah lebih baik dan memicu berkembangnya pembangunan. Karena konsep keterjangkauan daerah ini sudah lebih baik, sekarang daerah ini sudah lebih berkembang.
Pola pemukiman penduduk didaerah ini memusat dikarenakan daerah ini memiliki topografi yang tidak merata, daerah yang berkembangpun kecil dan  juga berpusat dibeberapa titik saja. Daerah ini sudah termasuk ke dalam desa swakarya yaitu desa yang sedang berkembang.
3.             Potensi Alam Sangoe
Daerah ini termasuk salah satu daerah impian karena daerah ini memiliki banyak potensi alam. Dari berbagai potensi alam yang ada di daerah ini hanya sedikit  yang sudah dikembangkan dan  sisanya belum dikembangkan bahkan mungkin belum disadari oleh sebagaian besar masyarakat.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan salah satu potensi alam yang sudah dikembangkan di daerah ini adalah kopi dan durian. Masyarakat didaerah ini sudah memanfaatkan pegunungan disekitar untuk perkebunan kopi dan durian meskipun belum dilakukan secara maksimal.
Selain dari itu daerah ini memiliki bebrapa potensi lain untuk dikembangkan tapi masih belum ada yang melirik potensi itu diantaranya :
·         Dari hasil pengamatan pengunungan di daerah ini  memiliki sekitar 200 jenis anggrek yang berbeda. Itu merupakan potensi alam yang sangat luar biasa.  Daerah ini cocok jika dikembangkan budidaya anggrek yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan karangan bunga, yang nilai jualnya sangat tinggi.
·         Daerah ini memiliki banyak tumbuhan biji, tumbuhan biji sangat bermanfaat bagi lebah, oleh karena itu daerh ini juga sanagat cocok kita jadikan sebagai pembudidayaan madu. Walaupun didaerah ini tidak ada lebah tapi  lebah bisa kita bawa dari tempat lain.
·         Sebagian besar batuan didaerah sangoe ini termasuk batu gamping yang apabila berevolusi bisa berubah menjadi batu marmer yang sangat bermafaat bagi pembuatan lantai dan harga jualnya juga sangat tinggi.


BAB IV

PENUTUP


4.1       Kesimpulan

Desa diartikan sebagai suatu wilayah yang jauh dari pusat keramaian kota, memiliki kondisi daerah yang masih alami. Dihuni oleh penduduk yang relatif  jarang. Dan setiap daerah di Indonesia memiliki potensi yang berbeda-beda yang bisa dikembangkan serta sebagai ladang perekonomian bagi masyarakat.
Keadaan alam, potensi sumber daya, bentuk, aktivitas masyarakat atau mata pencaharian masyarakat di suatu wilayah dengan wilayah lainnya yang terdapat dipermukaan bumi berbeda satu sama lain. Hal ini sangat bergantung pada keadaan alamiah setempat. Sebagai contoh bentuk desa yang terlatak di dataran rendah sudah barang tentu berbeda dengan desa yang terletak di dataran tinggi atau pegunungan, baik dari segi mata pencaharian atau budaya.
Desa Layeun, Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar adalah sebuah desa yang diapit oleh gunung dan laut. desa ini dihalangi oleh deretan bukit dan dibatasi pantai. potensi bukit dengan tanah yang subur, digunakan sebagai tempat bercocok tanam  palawijaya. Desa layeun merupakan desa swakarya menuju desa swasembada.


Desa Sangoe dan Desa Pante Cermin Kecamatan Jaya Lamno Kabupaten Aceh Jaya, mempunyai panorama yang sangat indah, mulai dari hutan, pegunungan, sungai, pantai dan laut. Desa ini merupakan daerah lintasan baru dari Lamno menuju Kota Jantho yang tidak lain adalah ibu kota aceh besar.
Pola persebaran penduduk didesa Pantai Cermin, dan Sango termasuk ke pola persebaran memanjang mengikuti jalan dan garis sungai. Di desa Pantai Cermin dan desa Sango banyak potensi desa yang tidak dikelola dengan baik. Dan masyarakatnya masih kurang pendidikan.

4.2       Saran

Ketiga desa ini masih mempunyai berbagai kendala dalam mengembangkan desa mereka. Kendala-kendala ketiga desa ini, seperti: sarana-prasarana (infrastruktur) yang masih kurang, hasil produksi pertanian masih rendah, pemasaran ke kota masih kurang, dan pengembangan potensi-potensi ini masih terbatas. Hal ini disebabkan sumber daya manusia (SDA) Layeun, Pante Cermin, dan Sangoe masih belum berkembang. Padahal seperti yang telah penulis diskripsikan di atas, desa-desa ini mempunyai potensi yang sangat mendukung untuk perkembangan desanya.
Oleh karena itu penulis harapkan bagi  kita semua para mahasiswa sebagai kaum intelektual era ini agar menjadi pencetus dalam pemgembangan daerah dengan memanfaatkan segala potensi alam yang kita miliki.


DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.
Arifin, Muhammad. (1997). Geografi Regional Indonesia. Medan: FPIPS IKIP Medan.
Kudonarpodo, Kartiman.Didang Setiawan. 1997.Geografi 2. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Sutrijat, Sumadi. 1999.Geografi 1. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Syamsul Bardi, 2010,. Pengantar Geografi Desa. Al-Washiliyah Press, Banda Aceh.
Tim Abdi Guru (Hasan Budi, d.kk).2004. Geografi SMP VII, VIII, IX. Jakarta : Erlangga.



LAMPIRAN

  
Gambar wawancara dengan pedagang Ikan Asin dan Ikan yang lagi dijemur

 
Gambar wawancara dengan penduduk Desa Pante Cermin dan sekaligus melihat kegiatan para ibu-ibu


Gambar salah satu jembatan yang ada di Desa Pante Cermin yang di bangun pada saat Bapak Irwandi Yusuf menjabat sebagai Gubernur


Batuan yang telah di bom, untuk pembangunan jalan di desa sango